Senin, 12 Januari 2009

Hard News

Liputan6.com, Arish: Eskalasi serangan pasukan militer Israel terhadap Palestina masih berlanjut. Bahkan saat ini Israel sudah melibatkan pasukan cadangan untuk menggempur Kota Gaza di Jalur Gaza. Demikian pantauan reporter SCTV Mauluddin Anwar yang berada di Arish, 50 kilometer dari Rafah, perbatasan Mesir dan Gaza, Senin (12/1).


Hingga kini, korban tewas sudah mendekati 900 orang dan lebih dari 4.000 lainnya cedera. Human Rights Watch menduga Israel menggunakan bom kimia fosfor putih untuk menyerang. Ini terlihat dari ditemukannya luka bakar sejumlah korban dengan ciri menyerupai luka akibat bom fosfor putih. Bom serupa pernah digunakan Israel dalam konflik dengan kelompok Hizbullah di Lebanon, tahun 2006.
Namun Israel menyangkalnya. Negeri Zionis itu mengaku hanya menggunakan bom yang menimbulkan efek asap untuk mengaburkan pandangan pejuang Hamas. Dengan demikian, pasukan Israel yang menyerang dari darat bisa menyusup tanpa diketahui. Namun kenyataannya berbeda. Saat ini semakin banyak korban terutama anak-anak dan perempuan yang mengalami luka bakar mirip terkena bom fosfor di sekujur tubuh.
Penggunaan senjata fosfor putih sampai saat ini masih memicu kontroversi karena dampak yang ditimbulkan terhadap warga sipil. Penggunaan fosfor putih ditandai dengan asap putih tebal yang bisa menimbulkan luka bakar serius bagi yang terkena atau menghirupnya.
Dalam setiap serangannya, Israel mengklaim tidak menyasar warga sipil. Setiap bom yang dijatuhkan selalu diusahakan menghindari jatuhnya korban di pihak sipil. Namun kenyataannya jumlah korban sipil Palestina terus bertambah nyaris mencapai setengah dari jumlah total korban tewas yang mencapai 898 jiwa.
Israel juga menyatakan hanya hanya membidik pejuang Hamas dan mereka sudah memberitahukan pada warga sipil untuk segera pergi dari lokasi yang kemungkinan akan dibombardir. Namun warga sipil kesulitan lokasi pengungsian yang aman karena jalur-jalur yang dimungkinkan untuk keluar dari wilayah rawan ditutup termasuk perbatasan Mesir. Inilah yang membuat mereka menghadapi krisis kemanusiaan, terutama bantuan medis.
Sementara mantan Duta Besar Mesir untuk Israel, Mohammad Basyuni, membantah jika Mesir menolak membuka perbatasan Mesir-Gaza. Dikatakan Basyuni, bakal percuma jika Mesir membuka perbatasan bila Israel tidak bersedia membuka perbatasan. Ini disebabkan Rafah terbagi dua, yaitu Rafah bagian Mesir dan bagian Israel. Israel pun memiliki alasan tidak dibukanya perbatasan itu. Jika Rafah dibuka maka akan memungkinkan bagi pejuang Hamas memasok senjata.
Basyuni menambahkan, sejauh ini 200 ton bantuan medis dan 300 ton makanan telah dikirim ke Gaza. Selain itu, 120 korban terluka bisa dirawat di sejumlah rumah sakit di Mesir. Mesir pun akan terus berupaya membuka perbatasan. Namun hanya untuk bantuan kemanusiaan. Wartawan dan warga sipil yang tidak berkepentingan dilarang masuk atau keluar dari Gaza [baca: Palestina Tak Ubahnya Ladang Pembantaian].(YNI/Mauluddin Anwar dan Yon Helfi)
Read More…

Tidak ada komentar: